A Day With Chichi (and Tobio)

Kalau boleh jujur... Sebenarnya hari ini lumayan ada apa-apa di kediaman Oikawa-Iwaizumi.

Tadi Hajime pikir setelah nganterin Kaito dan Nanao sekolah, lalu belanja bareng, dia mau nitip Tobio sebentar di rumah Kenma supaya dia bisa servis mobil mereka karena kebetulan hari ini jadwalnya mereka buat servis.

Masalahnya, Tobio itu anaknya clingy banget kalo ga ada kakak-kakaknya, baik ke Hajime maupun Tooru. Dia dikasih tau kalo Chichi bakal full di rumah selama seminggu, jadinya dia nempel terus dan sabotase Chichi supaya ga ninggalin dia sama sekali. Chichi disuruh nungguin dia main, bahkan ke toilet aja diikutin.

Hajime mikir, “Apa ngajak Tobio ke servis mobil aja?” tapi di sana ga ada hiburan dan pasti si bungsu bakal bosen. Setidaknya di rumah Kenma, Tobio bisa istirahat.

Nah, ternyata masalahnya bertambah! Tobio juga ga mau Chichi pergi selama dia main. Katanya nanti Chichi ga balik lagi, entah siapa yang ngajarin itu :(

Akhirnya Hajime membatalkan niatnya buat servis mobil dan menemani Tobio main bareng bocil-bocil lainnya di ruang bermain keluarga Kuroo. Malah lebih seperti menjaga 3 bocah karena Kei lagi mondar-mandir; sibuk membagi waktu antara mengawasi tukang yang membetulkan bathtub, mengerjakan dokumen, dan menyiapkan makan siang.

Ah, Hajime juga dulu sesibuk itu saat Tobio baru lahir. Mana jarak usia anak-anaknya sangat dekat, jadi seperti tidak ada waktu bernafas. Sambil menjaga bayi dan dua kanak-kanak, ia sibuk telepon menerima konsultasi dan melatih trainer yang menggantikannya sementara.

Tooru juga membantu sangat banyak, kok, bahkan lebih sering begadang darinya. Tapi rasanya tetap sulit menjaga kewarasan saat itu.

Hajime mengecek ponsel, siapa tahu Tooru ngechat sesuatu. Ternyata itu dari Koushi, wali kelasnya Kaito dan Nanao, yang mengatakan kalau murid-murid Kazemai dipulangkan cepat hari ini karena banyak yang sedang sakit.

“YEAAAYYY!!!” sorak Shoyo kegirangan. “Dinoco menang! Tobio sama Kenma cupu!”

Kenma? Dia cuma cemberut tapi pasrah juga menerima kekalahannya. Berbeda dengan Tobio yang mukanya mulai memerah karena dia paling tidak bisa memainkan sesuatu yang pakai remote seperti balapan ini.

“Aaaaaa!!!” Tobio mengerang karena mobilnya kalah, lalu membanting remote controlnya.

“Heh, heh! Punya siapa itu kamu banting-banting?” tegur Hajime, lalu menutup ponselnya. “Ayo, jemput Ka-chan sama Nao-chan!”

“Belum! Bio kan, belum menang!”

“Besok Bio main lagi, ya? Tadi sama Chichi udah janji satu jam, lho. Sekarang udah satu jam lebih 30 menit.”

“5 menit lagi!”

Tobio mengacungkan 4 jarinya, lalu Kenma mengoreksinya.

“Bio itu jarinya ada 4...”

“Bio emangnya engga pulang? Kan, udah ditungguin Chichi,” ujar Shoyo polos.

“Sho-chan, kok ngusir???”

“Hei...” Hajime menjawil lengan Tobio. “Bio udah ada mobil di rumah. Nanti main sama Ka-chan & Nao-chan aja, ya? Tadi janjinya kalau satu jam, Bio udah selesai, lho.”

“Hayooo, Bio dimarahin Chichi~” Akhir-akhir ini Shoyo memang suka memanasi.

Muka Tobio semakin ditekuk. Kan, dia udah bilang kalo belum menang! Kok, udah disuruh mundur sih, sama Chichi??? Apa Chichi engga mau main sama dia lagi???

Karena perasaan yang sangat berkecamuk itu, Tobio menaruh remote dan mobil milik Kenma dengan kasar, lalu melangkah lebar-lebar dengan pipi menggembung kesal.

“Bioooooo, dibolehin main kok, malah gitu??? Pamitan dulu sama Kenma, Shoyo, dan Uncle Kei sini!!!”

Mendengar teguran Hajime, Tobio segera kembali dengan muka takut-takut dan memegangi celana Chichi.

“Sayang?” tanya Tobio dengan nada memelas dan mata berkaca-kaca, menunjukkan gelagat khas trio setan tiap orang tua mereka kelihatan marah.

“Iya sini disayang, kok,” balas Hajime sambil memeluk Tobio. “Tapi inget ya, kalo mau pergi, mainannya diberesin dulu. Terus makasih dulu sama Kenma karna udah dipinjemin, pamitan sama temen-temen dan Uncle Kei juga, ya?”

Tobio yang merasa sudah cukup disayang dan tidak jadi dimarahi, lantas mengangguk patuh.

“Iya, Chichi!”