Orange

Shoyo terkikik saat akhirnya wajah Kenma memenuhi layarnya, telah bergabung sepenuhnya pada panggilan video call yang dinyalakannya sejak lima menit lalu.

Padahal ia sudah membayangkan Kenma meneleponnya dengan keadaan tanpa busana, tapi ia muncul dengan hoodie hitam kesayangannya. His boyfriend looks so comfy. Shoyo ingin tenggelam dalam pelukannya saat ini juga.

Kenma terlihat sedang berada di kamar dengan lampu remang dan berbaring nyaman dengan bantal-bantalnya. Biasanya layarnya selalu terlihat gelap dan bernuansa seperti club karena berada di ruang gaming, tetapi Kenma rupanya ingin Shoyo tahu kalau ia sedang tidak sibuk saat ini.

Shoyo sendiri habis melaksanakan latihan paginya dan tengah berjalan-jalan di pinggir kota. Menyusuri kembali garis pantai yang menjadi saksi bisu perjuangannya selama dua tahun pertama merantau di Brazil demi menaikkan levelnya (begitu sebutan dari kekasihnya). Hampir setiap hari Shoyo pergi ke sana, sekedar lewat saja untuk memenuhi running routine, duduk-duduk dan menikmati pemandangannya, melihat orang-orang yang bermain voli dan jika tak sibuk ia akan bergabung dengan mereka.

Perbedaan waktu di antara mereka terkadang membuat Shoyo greget. Waktu istirahat Shoyo adalah waktu produktif Kenma, begitu juga sebaliknya.

Kenma yang berada di Jepang selalu mengusahakan untuk tetap terjaga hingga pagi agar bisa berkomunikasi dengan Shoyo yang masih disibukkan dengan latihan dan pertandingan. Kenma sendiri juga orang penting yang memiliki beberapa bisnis dan selalu disibukkan dengan inovasi-inovasi untuk mengembangkan perusahaannya. Tetapi lama-kelamaan itu menyerang fisiknya dan membuatnya vakum dari dunia gaming hingga beberapa saat.

Sementara Shoyo, memiliki jadwal yang bisa dibilang cukup ketat. Dia tidak hanya atlet kompetitif, tetapi juga selebriti. Wajahnya terpampang di berbagai iklan produk dan stasiun televisi berlomba-lomba mengundangnya untuk bisa hadir 5 menit di siaran mereka. Sering saat Shoyo akhirnya berhasil mengambil ponselnya, ia mendapatkan pesan-pesan sebelum tidur dari Kenma.

Tapi hari ini adalah hari yang spesial. Mereka selalu berjuang untuk mengosongkan jadwal di hari ulang tahun masing-masing dan Shoyo bersyukur ia bisa menikmati saat-saat bertukar cerita dengan Kenma seperti sekarang.

Malah sebenarnya, ini masih siang bolong di hari Kamis, masih satu hari sebelum tanggal ulang tahun Shoyo. Wajar bagi mereka untuk melupakan hal ini. Keduanya sudah terlalu lama bersama sampai tidak lagi mengenal waktu.

Oh, Shoyo ingin sekali menyentuh kekasihnya. Sudah satu tahun mereka tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Ia juga rindu sekali dengan keluarga dan sahabatnya, bahkan melewatkan turnamen nasional adiknya.

“Shoyo?”

Suara lembut Kenma menyadarkan Shoyo akan air mata yang menetes dari kelopak bawahnya. Shoyo mengusap pipinya yang basah. Ia rindu sekali, rasanya begitu sesak hingga tak sadar bahwa mungkin ini air mata pertamanya di tahun ini. Kesibukannya membuatnya tak sadar bahwa waktu terus berjalan dan tidak dapat dihentikannya.

Kenma tersenyum dan melakukan gerakan pada kamera seperti menyeka air matanya.

“Shoyo, my dear. I miss you too. More than anything.”

Tangis Shoyo akhirnya pecah. Ia sudah berusia matang, bukan saatnya bagi dia untuk menangis meraung-raung. Tapi bukankah dia pernah jadi anak-anak? Apakah menangis memiliki batasan usia? Orang-orang begitu cemas mengharapkan kita untuk menangis saat dilahirkan, tetapi saat beranjak besar justru melarang kita untuk meluapkan emosi dengan cara yang sama.

Kenma bukan orang yang touchy, tapi ia selalu memastikan akan memberikan Shoyo dekapan terhangat saat mereka bertemu setelah berpisah lama. Seandainya Kenma di sini...

“I'm okay... Really...” ucap Shoyo dengan masih sesenggukan. “Habis ini, Kak Kenma istirahat, ya?”

Shoyo tidak mau Kenma ikut sedih di hari bahagia ini.

“Eh? Tapi aku udah tidur selama di pesawat. Katanya kamu hari ini ga ada latihan?”

“Iya emang ga ada...”

“Berarti bisa kan, ketemu sekarang?”

“Bi— HAH???!!!”

Shoyo shock sendiri. Tunggu. Di pesawat katanya? Mau ketemu sekarang? Tunggu???!!!

Kenma tertawa sampai matanya tertimbun oleh pipinya.

“Shoyo, iya, aku lagi di Sao Paulo. Baru aja sampai hotel. Hahaha~”

Jadi... Kenma di Brazil??? Pantas saja Kenma belum mengucapkan selamat ulang tahun dan hanya kado apa yang diinginkannya.

Tangis semakin membanjiri wajah Shoyo.

“Kak Keeen!!! Kan, bisa ketemu dari tadi!!!”

“Hahaha~ Maaf, memang mau kasih kejutan sebenernya buat besok. Lihat kamu nangis sekarang, aku langsung beberin aja, deh, rahasianya.”

Kalo kamu nangis, aku bakal langsung nyamperin kamu. Itu kata-kata yang pernah Kenma ucapkan saat pertama kali Shoyo akan berangkat ke Brazil untuk belajar voli pantai. Bisa dibilang, ini adalah pertama kalinya Shoyo menangis saat mereka telepon.

Ah, Kenma rupanya merencanakan ini dan Shoyo juga menangis di saat yang tepat???

“Ya udah!” Shoyo mengelap ingusnya yang sudah meleber kemana-mana. “Sekarang mana peluknya??!!”