Kenma Day pt. 2

Semakin sore, suasana rumah Kuroo yang tadinya hening mulai ramai saat satu per satu teman Kenma datang.

Yang pertama adalah keluarga Oikawa dan Sawamura yang datang bersama.

“KYANMAAAAAAAAA”

“Kaito, Nanao! Dibilangin ga usah teriak— EH, EH, BIO!!! KE SINI DULU, SEPATUNYA DILEPAS DULU!!!”

Tooru menertawakan Hajime yang mengangkat Tobio pakai sebelah tangan seperti anak kucing saat si bocil hampir masuk ruang tamu tanpa melepas sepatu.

“Aku yang kasih kadonya duluan!” Kaito mengangkat kotak yang sangat besar dan dibungkus dengan kertas kado dinosaurus tinggi-tinggi.

“Ih, Kachan! Kan, tadi Nao yang pilihin kertas kadonya!” ucap Nanao tidak terima.

“Aku yang pilihin warna legonya!”

“Heh, tadi kan beli kadonya barengan. Ngasihnya juga barengan,” tegur Tooru. “Tuh, tunggu adeknya dulu.”

“Kalian cemen ya, adeknya mau ditinggal,” cibir Seiya.

Koushi tertawa kecil dan menepuk kepala anaknya, “Ngga boleh ngatain begitu ya, Nak.”

“Sawamura juga cemen! Ga bawa kado!” ejek Kaito balik.

“Aku bawa Pocky kok, Oikawa jeyek! Kenma biasanya suka Pocky!”

“Eh? Kok jadi panggil nama marga?” tanya Daichi bingung selagi menahan Seiya yang mau baku hantam.

“Uncle jadi ikut merasa terhina dibilang jeyek!” ujar Tooru pura-pura menangis.

“Mereka udah sering gitu,” balas Koushi capek. “Katanya udah gede, ga mau panggil pake nama kecil.”

“Giliran dikasih tau 'udah gede ya, berarti udah bisa semuanya sendiri', malah nangis,” timpal Hajime sambil tertawa.

“Haduh, ada-ada aja!”

Hajime lalu menepuk pelan kepala Tobio yang sudah menata sepatunya, katanya, “Nah, udah boleh masuk.”

Kemudian Tobio berlari mengikuti kakak-kakaknya pergi ke playroom bersama. Di sana ternyata sudah ada Shoyo yang membantu Kenma sedang menata meja-meja bundar dan kursi kecil buat anak-anak duduk.

Walau awalnya Kaito ribut sama Seiya dan rebutan sama Nanao, pada akhirnya mereka bertiga dan juga Tobio langsung kalem lagi setelah melihat Kenma.

“Hepi besdey, Kyanma!” seru mereka kompak.

Pipi Kenma memerah, lalu tersenyum dan mengucapkan, “Makasih semua!” dengan pelan.

“Kyanma ini ada gojiya dari Kachan, Nao, sama Bio, ya! Semoga Kyanma suka!” ucap Nanao sambil Tobio yang memberikan kadonya.

“Makasih,” balas Kenma senang.

“Ih kan, tadi harusnya aku yang bilang! Kan aku yang paling tua!” protes Kaito.

“Bangga ya, kamu jadi tua!”

“Ih, Seiya nyebelin!”

“Shoyo dateng duluan, lho! Tadi main Dino dulu sama Kenma. Sekarang Kenma punya dino warna pink!” pamer Shoyo.

“Oh, kalo Bio sama kakak-kakak kasih gojiya tapi warna hitam. Kenma suka ngga, ya?” tanya Tobio sedih.

“Belum tau, kan Kenma belum buka. Tapi kalo dari kalian, pasti Kenma seneng!”

Selagi Tobio dan Shoyo mengobrol dengan penuh semangat dan Kaito, Nanao berdebat dengan Seiya (lagi), samar-samar Kenma mendengar ada suara tangisan dari luar. Ia lalu bergegas ke ruang tamu, ah, ada orang tuanya teman-teman yang menyadari kehadirannya dan melambai gembira sambil mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

Kenma membalas pelan dan fokus pada Tsutomu yang menangis, sedang dimarahin oleh mamanya.

“HUAAAAAAAAAAAAA”

“Dek! Liat Mama ini, ya! Sepatunya dilepas, terus ditaruh yang rapi ke rak! Nah, ga susah, kan?? Habis itu udah! Boleh main di dalam!”

Kenjiro memberi contoh tata cara melepas sepatu dan merapikannya sebelum benar-benar memasuki rumah. Sepertinya tadi Tsutomu terlalu bersemangat seperti Tobio tadi, tapi malah meledak saat aksinya dihentikan.

“Tuh, ditungguin Kenma!” Eita menunjuk Kenma yang diam memperhatikan drama tersebut. “Tadi Dedek katanya mau hepi besdey yang hepi buat Kenma?”

“Hueheuehehuhukuhuk”

Tsutomu menangis sampai batuk-batuk tapi juga menurut mesti dengan setengah hati.

Kenma jadi sedih melihat temannya sedih. Tetsurou yang sejak tadi juga memperhatikan, lalu berlutut dan berbisik ke Kenma, “Diajak coba, temennya?”

“Cutomu, ayo kita main!” ajak Kenma.

“Huhuuu Kengma hepi besdey!!!” Tsutomu menangis sambil mengulurkan kadonya.

“Lho, nangisnya berhenti dulu, baru hepi besdey,” kekeh Kenjiro, tidak tega juga tapi Tsutomu memang belakangan sangat menguji kesabaran mereka.

“Makasih, Cutomu!” Kenma tersenyum dan menggandeng Tsutomu yang masih sesenggukan. “Ayo kita mai—”

“WAH CUTOMU UDAH DATENG!!!” Shoyo menyusul mereka dan melompat gembira. “UDAH DATANG SEMUA!!! WAKTUNYA MAKAN KUE, YA???”

“YEAAAAAAYYYYY!!!!”

Di balik bocah-bocah yang bersorak menanti kue, ada orang tua mereka yang bergidik horor.


Akhirnya, pesta ulang tahun Kenma berjalan dengan gembira. Meski teman-teman tetap ribut, setidaknya pada akhirnya mereka bermain bersama lagi!

Tidak ada bernyanyi dan tiup lilin, kue yang sudah dipotong-potong dan di luar perkiraan ternyata enak. Benar-benar sederhana dan sesuai keinginan Kenma.

Bahkan meski orang tua mendapat kue yang teksturnya lebih keras seperti roti, ternyata lidah mereka masih bisa menerimanya. Sepertinya Tetsurou melakukan kerja yang baik saat mengawasi proses pembuatan kue-kue tersebut.

Bentar-bentar, lalu ke mana orang tua Shoyo di saat si bocah sudah di rumah Kuroo sejak awal?

Ah, mereka ke restoran untuk membeli makanan! Berhubung pasta buatan Kei terlalu luar biasa dan tidak lolos sensor, Tetsurou diam-diam meminta pasangan Bokuto untuk membelikan di restoran lain.

Saat membagikan makananpun Keiji sepenuhnya mengawasi dan memastikan anak-anak mendapat yang baru.

Biarlah makanan yang aslinya dihabiskan oleh Tetsurou dan Koutarou karena cuma lidah serta perut mereka yang terlatih sejak jaman SMA dengan makanan penuh gizi dari Kei ^_^