PART 1 – THE SHOW
Kiyoomi menyelesaikan pekerjaan rumahnya sedikit lebih cepat dari yang biasa dilakukannya. Ia memang berencana untuk keluar sebentar ke minimarket karena ramen yang diinginkannya tidak tersedia di platform online dan ia yang sangat menginginkannya untuk makan malam nanti terpaksa harus mengangkat pantatnya dari apartemen.
Siapa sangka, perjalanannya menuju minimarket akan berubah menjadi ke mall? Dan siapa lagi pelakunya kalau bukan sepupunya, Komori Motoya?
Sebenarnya Kiyoomi juga tidak terlalu kesal. Ia mengiyakan ajakan Motoya supaya “hutang dadakannya” bisa cepat selesai dan ia bisa segera pulang untuk memasan ramen yang ia penasaran bagaimana rasanya.
Walaupun Motoya wibu, ia termasuk orang-orang yang masih memperhatikan penampilan dan sedikit jauh dari bayangan Kiyoomi mengenai wibu itu sendiri. Motoya mengenakan sweater merah, celana kargo, dan tas pinggang kesayangannya. Kiyoomi juga punya tas pinggang yang sama, tapi ia lebih suka memakai setelan runningnya karena... Ia tiba-tiba juga ingin berlari sore itu.
“Kiyo- Hah... Aku lupa kalau kau nekat sekali... Hah!”
Nafas Motoya tersengal-sengal setelah mereka berhasil menyusul bus yang meninggalkan mereka. Kiyoomi menurunkan maskernya sejenak untuk mengambil nafas sembari berpegangan pada handle di atasnya.
“Kau sudah jarang olahraga?” tanya Kiyoomi karena tidak biasanya Motoya kehabisan nafas seperti ini karena ayolah, mereka masih main voli bersama setidaknya satu bulan sekali dengan teman-teman sekolah mereka.
Itupun kalau mereka punya waktu.
“Bukan begitu!” sahut Motoya sambil menghempaskan pantatnya di satu-satunya bangku kosong di hadapan Kiyoomi. “Aku cuma tidak mengira kamu akan mengajakku berlari mengejar bus! Ternyata kamu bersemangat sekali!”
“Aku hanya tidak mau menunggu lebih lama untuk acaramu ini.”
“Oh, ayolah! Osamu juga menjual onigiri di luar tempat event, dan masih banyak lagi jajanan yang kau suka di sana!”
“Apakah higenis?”
“Bukankah yang penting enak dan murah???
Kiyoomi tak menanggapinya lagi karena sekarang guncangan pada bus membuat perutnya yang baru terisi pudding susu rasanya ikut terkocok.
Acara yang diselenggarakan di dalam mall itu tentu ramai, seperti yang Kiyoomi duga. Dan seperti yang Motoya selalu katakan: Tidak mungkin sepi.
Ah, Kiyoomi tidak suka ini. Tadi ia hampir tergiur dengan bau masakan yang dijajakan di luar, namun Motoya menariknya masuk ke dalam ruang pertemuan dan-
Banyak wibu di sana. Orang-orang yang Kiyoomi tebak usianya rata-rata siswa sekolah dan mahasiswa, memamerkan mahakarya mereka dengan memakai kostum buatan sendiri, bahkan gundam-gundam dari kardus yang terlihat sangat realistis.
Tidak sedikit juga pengunjung wibu yang sibuk berfoto bersama para cosplayer yang benar-benar nampak seperti anime hidup. Sangat indah dan penuh perjuangan.
“Di mana ya, Rin-chan?” Kepala Motoya bergerak naik-turun dan kiri-kanan, mencari meja 'Rin-chan', cosplayer favoritnya, sambil mencocokkan denah yang entah ia dapat dari mana.
Kiyoomi tidak pernah memiliki dendam dengan wibu meski Motoya sering membuatnya kesal; dan ia mengesampingkan kepribadian tersebut dari posisi Motoya sebagai sepupunya. Motoya mungkin adalah orang paling baik dan pengertian yang pernah hidup di muka bumi. Sejak kecil, mereka selalu bermain bersama dan Motoya akan selalu memberikan 'koreksi' dengan sabar tentang hal-hal yang tidak boleh Kiyoomi lakukan agar bisa berinteraksi dengan manusia lain tanpa menyebabkan masalah.
Bisa dibilang, Kiyoomi bahkan tidak mengerti dengan semua hal ini. Kiyoomi tak paham kenapa orang-orang begitu menyukai karya-karya seperti ini dan berusaha menjadi bagian dari fiksi kegemaran mereka, sementara orang-orang di belakang layar begitu mencurahkan keringat, darah dan air mata agar bisa menghasilkan sesuatu yang dapat didewakan.
Karena itu, Kiyoomi sebetulnya malas untuk pergi ke tempat seperti ini karena rasanya tidak ada bedanya dengan hari-harinya bekerja di studio animasi.
“Ah, itu dia! Ya ampun, dia jadi Yumeko! Cantik sekali!”
Motoya menarik jaket Kiyoomi menembus lautan manusia, sementara tangan lainnya menunjuk ke arah seorang cosplayer berambut panjang hitam dan mengenakan seragam sekolah merah-hitam, menghempaskan pantat di kursinya dan mengipasi wajahnya dengan brosur. Meski tidak pernah menonton animenya, tetapi Kiyoomi mengenali karakter yang diperankannya. Rasanya ia sudah melewati 5 orang yang memakai seragam yang sama.
“Tidakkah kau akan mengganggunya?” tanya Kiyoomi, merasa kalau Rin-chan terlihat lelah setelah menyalami berbagai macam manusia yang mengantre untuk bertemu dengannya.
Langkah Motoya segera terhenti saat mendengar ujaran Kiyoomi.
“Kau benar!” Motoya merenungkan apa yang harus dilakukannya dalam waktu singkat yang ia miliki sebelum antrean penggemar Rin-chan lainnya berdatangan. “Ah, mungkin aku akan meminta tanda tangannya sebentar saja. Bagaimana denganmu, Kiyo?”
“Kak Iizuna tidak cemburu kau pegangan tangan dengan orang lain?”
“Kiyoomi, aku hanya akan berjabat tangan bukan bergandengan. Lagipula, tidak! Kak Iizuna mana memikirkan hal-hal seperti itu??? Bahkan, dia pasti sekarang sedang asik jalan-jalan di IKEA dan lupa kalau aku sedang di sini!”
“Kalau begitu kau bersenang-senanglah.”
“Eh??? Kau mau ke mana???”
“Mencari tempat yang jauh dari keramaian,” sahut Kiyoomi lalu berjalan ke arah berlawanan dari Motoya.
Bagaimanapun, Kiyoomi bukan orang yang ingkar janji. Dia sudah berjanji menemani sepupunya, jadi meskipun mereka memiliki tujuan berbeda, mereka tetap akan pulang bersama.
Keramaian ini membuat energi Kiyoomi rasanya semakin terkuras. Terlalu bising dan sesak. Orang-orang ini begitu gembira dan tidak memikirkan kalau besok mereka harus bekerja. Apakah ada orang-orang seusianya di sini? Atau bahkan lebih tua? Kenapa mereka tidak gelisah?
Kiyoomi akhirnya menemukan satu set meja dan kursi kosong yang masih berada di baris yang sama dengan tempat Rin-chan, paling pojok dan tepat di sebelah stand cosplayer gundam yang menyapa penggemarnya. Apakah penyewa lapak yang ini tidak jadi datang?
Ia memutuskan untuk duduk di kursinya. Tentu saja di sekitarnya masih ramai, tapi yang saat ini ia butuhkan adalah tempat duduk dan memejamkan mata sejenak.
Ia semakin cemas saat berusaha mencari headset yang tidak bisa ia temukan di manapun. Kenapa benda sepenting itu bisa dilupakannya? Bagaimana ia akan melewati berjam-jam di ruangan sebising ini???
“Maaf-”
Kiyoomi membuka kelopak matanya, sepertinya ia sudah berada di dunianya sendiri selama 15 detik sampai ada suara yang membangunkannya.
”-Apakah kau sedang menungguku?”
Kelopak matanya mengerjap, sampai ia mendapatkan penglihatan sempurna akan seorang cosplayer dengan rambut pirang panjang yang dikuncir dua dan mengenakan seragam yang sama dengan Rin-chan.
Kenapa banyak sekali yang cosplay Kakegurui hari ini?
“Kau pemilik meja ini?” Kiyoomi rasa lapak yang ditumpanginya memang sudah disewa. “Aku cuma beristirahat sebentar-”
“Oh, tidak apa-apa! Duduklah dulu! Aku yang terlambat karena rupanya aku lupa di mana aku meletakkan wig-ku, jadi aku memesan yang baru hari ini juga! HAHAHA!!! Apakah aku masih terlihat seperti Mary?”
Cosplayer itu tertawa sampai wajahnya memerah sambil menata poster dan buku di mejanya. Riasannya begitu natural dan cantik meski ia bilang ia terlambat, yang menandakan ia pasti merias dengan buru-buru, tapi masih terlihat niat dalam penilaian Kiyoomi.
Entah kenapa di luar karakter animenya, Kiyoomi merasa pernah menjumpai wajah ini di suatu tempat. Dari logatnya, Kiyoomi juga langsung mengetahui bahwa cosplayer ini berasal dari prefektur luar.
Tapi siapa? Apakah cosplayer ini figur publik?
Tidak seperti cosplayer lain yang seharusnya menjiwai karakternya, cosplayer Mary ini mencurahkan keluh kesahnya di depan Kiyoomi yang...
Tunggu, Kiyoomi bahkan tidak tahu apakah ia berhak tahu kalau Mary kehilangan bra yang sesuai dengan dadanya, saudaranya mendadak tidak bisa menjemput dan ia harus berangkat sendiri dengan taksi, mengambil poster di percetakan dengan dandanan seperti itu, juga kopernya yang tersandung tangga dan mengakibatkan sebagian barang-barang di dalamnya berjatuhan di lantai.
“Nah~” Setelah menata semua barang di meja, cosplayer Mary itu duduk di hadapannya dan tiba-tiba menggenggam tangan Kiyoomi yang menganggur. “Bagaimana harimu?”
Tunggu, tunggu, tunggu. Kenapa posisi ini membuatnya terlihat seperti cosplayer Mary ini adalah penggemarnya???
“Wah tanganmu... Tanganmu agak kasar,” ucap cosplayer tersebut dan menelusuri telapak tangan Kiyoomi dengan jarinya. “Kau pasti bekerja dengan sangat keras, bukan?”
“Aku memakai hand sanitizer yang berbeda. Alkoholnya jauh lebih banyak dari yang biasa kubeli, tapi aku tidak punya pilihan karena stok yang kupunya sudah tidak diproduksi lagi jadi aku tidak tahu apakah harus menghabiskan yang ini atau membuatnya sendiri,” jawab Kiyoomi cepat, panik dengan sentuhan yang tiba-tiba dan tanpa sadar menarik kembali tangannya.
Dan lagi, bukankah Kiyoomi berbicara terlalu banyak dan terkesan lucu bahkan aneh, seperti yang selalu dikatakan orang-orang tentangnya? Tetapi cosplayer Mary tidak tertawa ataupun tersinggung dengan Kiyoomi yang tiba-tiba melepas kontak fisik dengannya. Ia tersenyum dan mengangguk seolah paham dengan permasalahannya.
“Tapi kurasa jika kau ingin menghabiskan stok sanitizermu yang ini, kau bisa menggunakan hand cream untuk membuat kulit tanganmu tetap lembab. Omong-omong, aku awalnya tidak suka dengan warna lipstick yang kupakai sekarang, karena aku mendapatnya dari endorse. Tapi ternyata ini cocok sekali dengan rambut dan seragamku, bagaimana menurutmu?”
“Itu memang cocok,” sahut Kiyoomi, ia sudah menilainya bahkan sebelum ditanya. “Dan soal hand cream, aku tidak pernah menggunakannya lagi. Aku tidak suka dengan rasa berminyak yang ditinggalkannya di telapak dan sela-sela jariku, rasanya seperti memaksaku untuk cuci tangan lagi.”
Cosplayer Mary nampak tersipu, padahal Kiyoomi serius menganggap perpaduan warna yang dimainkannya pada keseluruhan penampilannya sangat bagus. Untuk ukuran orang yang mengalami banyak hambatan dan terburu-buru, ia masih tampak seperti cosplayer yang sangat profesional.
“Omong-omong, namaku Natsumi!” Ia tidak lagi menggenggam tangan Kiyoomi dan mulai menggoreskan spidolnya pada selembar poster. “Bagaimana kau ingin aku menulis namamu?”
“Eh? Kau akan menulisnya di sana?”
“Tentu saja! Dengan begitu kau bisa mengingat pertemuan kita saat kau lelah!”
Kiyoomi hanya memikirkan tentang pulang dan bersih-bersih setiap kali ia tidak sanggup dengan beban pekerjaannya dan sekarang ia harus memikirkan orang lain?
Tapi tidak ada salahnya untuk dicoba. Natsumi mungkin orang-orang langka yang tidak menertawakannya di pertemuan pertama mereka.
Dan mungkin, Natsumi juga sedikit menyadarkan Kiyoomi bahwa untuk bersenang-senang di event saat ini, ia menjalani hal-hal yang menyebalkan. Ia bahkan bekerja keras seorang diri untuk sampai ke tempat ini dan memperlihatkan penampilan terbaiknya. Hal itu membuat Kiyoomi kagum. Ternyata merekapun juga manusia yang sama-sama memiliki kehidupan di balik topeng kebahagiaan ini.
“Sakusa- Tidak! Tulis saja, Kiyoomi!” Karena poster itu akan menjadi barang pribadinya, Kiyoomi memutuskan untuk tidak menggunakan nama keluarganya.
“Bagaimana kalau aku memanggilmu, Omi-Kun?”
“Terdengar buruk.”
“Tapi menurutku itu cocok denganmu!”
Natsumi tersenyum manis dan memberikan poster berisi tanda tangannya pada Kiyoomi. Ia benar-benar menulis 'Omi-Kun' di poster foto cosplaynya hari ini. Rupanya para cosplayer ini benar-benar menyiapkan segalanya dari jauh-jauh hari.
“Nah, Omi-Kun! Berhubung kau adalah orang pertama yang datang dan menungguku yang terlambat ini, maka sebagai permintaan maaf-” Natsumi memberi jeda, memberi suara efek misterius yang sering Kiyoomi dengar di program undian, menghilang selama satu detik dari pandangannya untuk mengambil sesuatu dari kopernya, lalu menyodorkannya ke depan wajah Kiyoomi. “Kuserahkan Milky untukmu!”
“Eh?”
Kiyoomi memproses dengan sedikit lambat, tapi tangannya tetap terulur untuk menerima pemberian itu. Sebuah boneka manusia berambut pirang dengan telinga dan ekor rubah, hampir seukuran dengan boneka beruang yang Kiyoomi mainkan sejak kecil dan hilang di kantor karena seorang petugas bersih-bersih yang baru mengira kalau itu adalah sampah.
Natsumi tersenyum lebar dan terkekeh melihat ekspresi Kiyoomi yang tadinya tegang, berubah menjadi lebih rileks dan senang karena boneka yang diterimanya.
“Sebetulnya aku akan menghadiahkan itu sebagai giveaway, tapi akupun tidak tahu bagaimana cara mengadakannya dengan penggemarku di tempat.” Natsumi menopang dagu, menatap Kiyoomi yang masih sangat fokus pada boneka tersebut. “Kurasa Milky mendapatkan tuan yang baik!”
“Aku menghargainya,” sahut Kiyoomi cepat. “Ini pertama kalinya aku mendapat boneka hybrid dan sama sekali tidak seram dengan yang ada pada legenda. Daripada Milky, ia terlihat seperti Banana.”
“Kau bisa mengganti namanya jika kau mau!” tawa Natsumi. “Semoga perasaanmu bisa menjadi lebih baik dan besok harimu berjalan dengan menyenangkan, Omi-Kun!”
Kiyoomi berdecih saat kembali diingatkan kalau besok ia sudah harus ke kantor, lalu berdiri dan mempersilahkan Natsumi untuk duduk di tempat yang seharusnya. Kiyoomi baru sadar kalau ternyata sudah ada antrean panjang yang menunggu sejak tadi untuk berjumpa dengan Natsumi, yang mana ia bisa melihat ada beberapa yang terlihat 'mencurigakan' dan ia tidak suka dengan auranya.
Kiyoomi ragu apakah ia harus melihat bagaimana wibu-wibu ini berinteraksi dengan Natsumi. Tetapi Natsumi melambai dengan nada yang sama cerianya, “Sampai jumpa di event bulan depan, Omi-Kun! Aku akan menantimu!”
Orang ini akan baik-baik saja, kan? Ia akan menjumpai berbagai macam kepribadian dan bukankah itu akan sangat melelahkan? Kenapa rasanya Natsumi terlihat senang membuat orang lain senang dengan kehadirannya?
Sambil mencari Motoya, Kiyoomi membuka maskernya sejenak untuk mengecek bau boneka yang baru saja diterimanya dari Natsumi, yang notabene adalah orang asing di hidupnya.
Wangi apel, seperti parfum Natsumi sendiri. Baunya persis seperti sabun pel di apartemennya yang sudah tidak diproduksi lagi dan ia kesulitan mencarinya di merk lain.
Kiyoomi menyukai baunya.