Play Tour
Sore yang cerah di Bikini Bottom.
Pulang kerja menemani suami cari es krim sambil mengawasi Kenma dan 3 anak kucing kepunyaan orang lain.
Ini pertama kali Tetsurou melihat Kenma berinteraksi dengan teman-teman yang bukan tetangga. Ya... Biasanya dia memang selalu lebih telat menjemput karena harus ke Karasuno dulu, jadi sesampai di sekolah selalu hanya Kenma yang tersisa.
Untung saja hari ini Keiji dan Tooru sudah menjemput anak mereka masing-masing, jadi Tetsurou bisa fokus quality time bersama keluarga — dan 3 anak kucing lainnya.
Sore begini, taman jadi ramai akan festival musim panas. Banyak penjual alat melukis, es, taiyaki, buku, dan pemancingan koi.
Tapi es krim yang dicari Kei tidak ada. Taketora ingin memancing. Shohei mau taiyaki. Yuuki sudah tenggelam di balik kanvas.
Sementara Kenma... Dia yang tidak suka keramaian sudah nyaman bermalas-malasan di gendongan Kei. Tetsurou kan, juga mau!
“UNCLE, AYO KITA MANCING!!!”
“Eh, eh, satu-satu dulu, ya!”
Tetsurou panik saat celananya ditarik dengan brutal oleh Taketora dan Shohei ke arah berlawanan, sementara matanya masih fokus ke arah Yuuki, takut-takut kalo dia kedip sekali saja anak itu sudah hilang.
“Emangnya Tora ga laper?” tanya Shohei. “Dari tadi Tora berisik. Kaya Mama, kalo berisik berarti laper.”
“LAPER!!!” Tora menepuk keras perutnya yang bundar. “MAKANYA MANCING, HABIS ITU KITA MAKAN IKANNYA!!!”
“NGAWUUUURRRR?!!” sela Tetsurou lalu mengangkat dua bocah itu seperti kucing. “Kalo mau makan ikan sungguhan, bukan di tempat pancingan!!!”
“Taiyaki! Ikan manis!”
“BUKAN JUGA!!! Ikan yang kaya gitu ga mengandung docosahexaenoic acid yang berguna buat otak kalian, lho!”
Tora dan Shohei melongo mendengar istilah tersebut.
“Doc...”
“Docosahexaenoic acid!” ulang Tetsurou bangga karena akhirnya didengarkan.
“Dokter...” / “Asin...” Keduanya sudah mencoba yang terbaik.
“Docosashdgshshhoaaam...” Kenma yang mengantuk di bahu Kei ternyata juga ikut menyimak.
Tetsurou menghela nafas. Perutnya jadi ikut keroncongan membayangkan makan makarel bakar.
“Yang, mau makan ikan?” tanya Tetsurou, dengan tangan yang masih menenteng Tora dan Shohei.
“Engga, deh.” Kei mengipasi wajahnya yang kepanasan. “Aku duduk di sini aja sama Kenma dan Yuuki.”
“Oh, oke. Nanti aku cariin es krim, ya?”
“Iyaaa!”
“Kamu sama Kenma di—”
“Tetsu!” sela Kei. “It's okay! We'll be fine!”
Dari kejauhanpun Kei masih bisa mendengar Tetsurou berdebat dengan dua anak kucing itu mengenai zat-zat yang sama sekali tidak ia mengerti.
Di rumah juga Tetsurou sering mengajari Kenma, yang masih 5 tahun itu, mengenai betakaroten yang terkandung dalam wortel supaya anak itu tidak minus matanya seperti Kei.
Ya, Kei tidak tersinggung, sih. Toh, suaminya memberikan contoh nyata dan dia cuma bisa pasrah.
“Kenma ga mau ngelukis sama Yuuki?” tanya Kei. “Tuh, Yuuki gambar Pony warna-warni!”
“Males...” sahut Kenma.
Ia reflek tersenyum saat sebelah tangannya yang tidak menggendong Kenma, ia gunakan untuk merekam Yuuki yang tengah serius menggambar di kanvas sampai wajahnya ikut kena cat air. Gemas, nanti mau dia kirimkan ke Chikara kalau ingat.
Tapi cuaca saat ini panas sekali, didukung dengan taman yang semakin ramai. Saking panasnya, Kenma sampai minta rambutnya yang mulai panjang itu dikuncir. Kei jadi sebal lagi karena es krim stroberi dan wafel yang dia cari ternyata tidak dijual di sana.
“Kenma, Mama mau ngelap kacamata dulu, ya.”
Kei menurunkan Kenma dan mendudukkannya di samping Yuuki. Dia melepas kacamata dan mengeluarkan kain lap, mengelapnya sebentar, lalu mengambil saputangan untuk mengelap keringatnya. Mau ngomel kepanasan, tapi masih ada anak-anak.
“Uncle! Udah!” Yuuki menunjukkan dua lembar kanvas yang penuh coretan gambar kuda dan babi. “Yang Peppa buat Nii-chan!”
“Wah, lucunya. Jaga baik-baik, ya!” komentar Kei dan saat memakai kacamatanya, ia menyadari ada yang salah.
Kenma tidak ada.
“Eh??!” Kei sontak berdiri. “Yuuki liat Kenma???”
“E-Engga...” Yuuki yang tadinya ceria, seketika berubah panik. “Yuuki ga merhatiin...”
“Bukan salah Yuuki, ya~”
Di tengah kepanikannya, Kei berusaha menenangkan, lalu menggandeng tangan anak itu supaya tidak ikut hilang.
“KENMA!!!” seru Kei di tengah keramaian.
Yuuki juga ikut memanggil. Anak itu bahkan sudah mau menangis. Kei makin cemas memikirkan harus berkata apa ke Tetsurou nanti meski belum ada lima menit mereka mencari.
“Uncle!”
Sampai akhirnya Yuuki menarik tangannya dan menunjuk ke arah bocah berseragam kotak-kotak merah dan rambutnya dikuncir ke belakang sedang berdiri di depan kios es serut.
“KENMA!!!”
Kei menghampiri Kenma dan memeluk erat anak itu, tidak lupa Yuuki yang sudah menangis takut.
“HUAAA KYANMAAAAA”
“Kenma ngga boleh tiba-tiba pergi tanpa bilang Mama, ya!” Kei masih merinding membayangkan tidak bisa melihat Kenma lagi. “Mama sama Yuuki cariin Kenma dari tadi!!!”
“Ya ampun...” Bapak es serut yang melihat drama reuni itu sampai ikut meneteskan air mata haru, lalu berjongkok memberikan segelas kudapan dingin. “Nih, es buat mamanya!”
Kenma tersenyum dan lantas mengoper es serut dengan buah jeruk itu untuk Kei.
“Kenma liat Mama kepanasan, jadi Kenma cari es,” terang Kenma malu-malu. “Tapi yang stroberi engga ada, terus karna Kenma inget Shoyo, jadi Kenma beli yang jeruk. Kenma pake uang jajan, lho!”
Kei terharu walau dia tidak tahu hubungannya Shoyo dengan dirinya sampai dibelikan yang jeruk.
Yang jelas, dia terharu banget anaknya ternyata memikirkan Mama juga :')