Tantangan Baru pt. 2

Kenma baru tidur jam 1 pagi. Tetsurou terkapar di kamar anaknya dan justru bangun paling terakhir. Ya, kalau anak begadang, otomatis orang tua juga tidak akan bisa tidur dengan tenang.

Mau tenang bagaimana kalau tiba-tiba si kecil menghilang dari dekapan dan sudah memanjat counter dapur mau bikin susu sendiri, memanaskan apple pie ke microwave, sampai menyalakan PS sendiri dan hampir mencolokkan jarinya ke terminal listrik?

Sebenarnya selama ini Kenma juga bukan anak yang gampang tidur meski ia mageran. Mirip sekali dengan Kei. Awal-awal menikah, Tetsurou saja sampai hampir stress karena ia sudah memasuki alam mimpi tapi Kei malah masih asik main game atau pergi menonton TV di luar.

Tapi setidaknya pagi ini Kenma sudah tidak menangis lagi. Walau mukanya ditekuk, ia memakan sayurnya sampai habis, membantu menata piring ke dishwasher, merapikan mainan dan tempat tidurnya, dan mandi tanpa disuruh.

Sebagai hadiah (yang sebetulnya juga sudah direncanakan jauh hari), Tetsurou mengajak Kenma pergi ke kebun binatang. Kenma terlihat senang! Dia bahkan menyiapkan sepatu Papanya dan mau memasang sabuk pengamannya sendiri saat di mobil.

Tetsurou terharu, anaknya benar-benar bisa diajak kerja sama dan berusaha untuk mandiri seperti janji kemarin.

Kebun binatang hari ini cukup ramai karena sedang musim liburan sekolah. Sepanjang jalan-jalan, Kenma sangat antusias memperhatikan setiap hewan sembari Tetsurou menceritakan beberapa fakta yang ia ketahui. Kenma juga memberanikan diri untuk memberi makan jerapah. Siap-siap saja memori Kei yang akan penuh dengan foto tamasya hari ini.

“Otter!” ucap Kenma sambil menunjuk ke arah kumpulan berang-berang kecil yang mengapung di air.

“Lucu, ya?” Tetsurou menggendong Kenma supaya anaknya bisa melihat lebih jelas dan tidak terhalang pembatas. “Otter itu punya kelopak mata transparan, lho. Jadi di dalam airpun mereka tetep bisa melihat karena kelopak matanya tembus pandang itu tadi. Kalau Kenma renang harus pakai kacamata, kan?”

“Biar engga perih,” timpal Kenma.

“Betuuul! Terus berang-berang itu juga sukanya kumpul sama keluarga. Kalo Kenma suka ga, semisal kumpul sama keluarganya Uncle Aki sama keluarga Uncle Lev?”

Kenma berpikir sejenak, lalu menjawab, “Kalo sama Uncle Aki sama Aunty Lisa engga apa-apa. Tapi Uncle Lev berisik, jadi Kenma mau Uncle Mori-nya aja.”

“HAHAHAHA!!!”

Tetsurou terbahak sampai dilihatin oleh pengunjung lain, seharusnya dia rekam kata-kata Kenma barusan karena faktanya Lev sangat suka anak-anak sedangkan Morisuke selalu menghindari bocil.

“Woi, Kuroo!!!”

Mendengar namanya dipanggil (sepertinya memang dia yang dipanggil), Tetsurou menoleh dan mencari-cari siapa gerangan pemilik suara itu di antara kerumunan pengunjung.

“Oh, anj-“ Tetsurou langsung menutup mulutnya yang hampir mengumpat saat melihat kenalannya. “Ngapain di sini, sih??? Kurang kerjaan, ya???”

Ternyata cuma Daisho Suguru, tidak bisa dibilang teman dekat karena lebih banyak adu mulut dan tebar aib, tapi mereka lumayan sering hangout bersama Koutarou dan teman-teman voli Tokyo lainnya. Tentu saja Tetsurou kaget kenapa orang ini bisa datang ke Sendai di hari yang random ini.

“Lagi nungguin Mika-chan beli souvenir- Oh, jalan-jalan sama anakmu? Inikah si Kenma-chan yang lucu itu?” tanya Suguru sambil menunjuk Kenma yang sekarang bersembunyi di gendongan Tetsurou.

“Iya,” balas Tetsurou lalu beralih ke anaknya yang makin mengeratkan pelukannya. “Kenma mau say hi sama Uncle Daisho? Ini temen sekolahnya Papa.”

Kenma menggeleng cepat dan Tetsurou tertawa karena sudah menduga akan reaksi tersebut.

“Ga cocok banget jadi bapak-bapak,” kekeh Suguru. “Eh, kapan mau mancing lagi? Kemarin aku diajakin si Tendou ke Okinawa barangkali mau ikut.”

“Ngajakin ke Okinawa kaya mau ke 7-11. Bentar lah, kapan-kapan aja. Ini juga mau ada agenda mancing sama anak Sendai.”

Sementara dua pria dewasa itu sibuk membahas spot pancingan terbaik, Kenma mulai bisa mengerti sebagian besar yang mereka bicarakan. Ia mengalihkan pandangnya pada anak berang-berang yang tadinya berenang dengan orang tuanya, tiba-tiba berpisah dan membuatnya kebingungan sendiri di atas air. Ah, Kenma ikut panik sambil mendengarkan obrolan Papa dan temannya itu.

S-Sepertinya, Papa mau diajak pergi sama om-om yang mukanya kaya ular tikus kaya yang tadi Kenma lihat! Kan, Papa lagi jalan-jalan sama Kenma!

“PAPAAAAAWHWHHAHAAWHHWWWWAAAA”

“Ehh??? Kenapa ini, hm?” Tetsurou menepuk-nepuk punggung Kenma yang sekarang menangis di bahunya, lalu menatap sengit Suguru. “Gara-gara kamu ini-“

“ENAK AJA GARA-GARA AKU???”

“Udah, guys?” Suara lembut dan ceria seorang wanita cantik, yang adalah milik Mika, istri Suguru, menginterupsi pertengkaran mereka. “Oh, no… Ini Kenma-chan, ya? Kenma-chan kenapa?”

“Uncle Daisho nakal, Aunty,” balas Tetsurou, yang masih sibuk menenangkan Kenma tapi tak luput melemparkan senyum mengejek ke arah Suguru yang memasang muka kesal.

“Aduh, memang nakal dia. Nanti Aunty marahin ya, Uncle Daisho-nya! Cup, cup, cup!”

Akhirnya pasangan suami istri itu pergi dan Kenma mulai berhenti menangis karena diberi gantungan kunci red panda oleh Mika.

“Udah kan, Sayang?” Tetsurou mengelap muka Kenma yang basah karena air mata dan ingus dengan saputangannya. “Tadi Papa udah say thank you ke Aunty Mika. Sekarang Kenma masih mau lihat Red Panda apa mau jajan dulu?”

Kenma yang masih sesenggukan, hanya mengangguk dan asik menganalisa gantungan kunci empuk yang tiba-tiba berada di genggamannya. Aduh, itu bukan jawaban. Tapi Tetsurou lega, tangisan yang hari ini tidak selama yang kemarin.

Semoga drama ini segera selesai sebelum Kei pulang besok!