Reuni Mantan
Tetsurou bersyukur karena Kei yang masuk kerja setengah hari bisa menemaninya untuk menjaga anak mereka dan anak-anak orang di rumah.
Sebenarnya dia sedikit menyesali keputusan gegabahnya. Kei kalau masuk setengah hari pasti pengennya istirahat dan quality time sama keluarga. Ini Tetsurou malah menambah beban.
Anaknya mantan pacar Kei pula.
Okay, seharusnya Tetsurou tidak perlu dendam. Toh, itu jauh di masa lalu dan dia murni ingin membantu Chikara yang satu tempat kerja dengannya.
Tapi entah kenapa dia tidak bisa untuk tidak dongkol tiap kali ingat kejadian saat SMA, di mana Kei yang bersikeras menyatakan tidak tertarik dengan yang namanya percintaan, ternyata sudah pernah pacaran dengan Futakuchi Kenji.
Tetsurou yang pertama kali mendekati Kei, tapi malah Kenji yang dapat. Ah, kesal. Jarak kota benar-benar membuat langkahnya diduluin orang sampai segitunya.
Sampai sekarang Tetsurou masih penasaran, siapa cinta pertamanya Kei? Kenapa Kenji yang notabene bermulut setan itu justru menjadi orang pertama yang meluluhkan hati kerasnya Kei? Dulu Tetsurou sering menanyakannya, tapi Kei selalu jawab tidak tahu. Intinya, rasa suka datang begitu saja. Memang, sih. Tetsurou juga begitu ke Kei. Tapi bukankah justru itu yang menjadikan 'orang' itu spesial?
“Papa.”
Tetsurou ternyata melamun, memandangi ipad tentang catatan kondisi pasien terbarunya sampai tidak sadar Kenma sudah menoel-noel lututnya minta disetelin Cocomelon. Oh, iya. Sudah waktunya screen time.
“Diberesin dulu buku gambar sama krayonnya, Kenma,” ujar Tetsurou saat melihat area anaknya yang masih penuh.
Kenma cuma menyentil bukunya hingga bergeser beberapa cm dari tempatnya.
“Ey, ga boleh Cocomelon kalo mejanya belum bersih.”
“Hmm—”
“Iya, Papa kasih nonton kok, tapi dirapiin dulu, ya? Kenma is a good boy!“
Akhirnya Kenma ngangguk dan dengan amat sangat berat hati dia menutup buku gambar dan kotak krayonnya, lalu berjalan ke rak penyimpanan dan kembali lagi dengan langkah menyeret.
“Good boy.” Tetsurou terkekeh sambil mengusak rambut anaknya, lalu memutarkan video kesukaan anaknya dengan brightness secukupnya.
“Sekolahnya kalian itu ada Bahasa Inggrisnya ya?” celetuk Shoyo.
Iya, bahkan Tetsurou tidak sadar kalau masih ada Shoyo si pelanggan premium penitipan keluarga Kuroo. Berasa anak sendiri karena saking seringnya.
“Iya!” jawab Yuki semangat. “Di situ gurunya dipanggil Mister sama Miss!”
Eh, Yuki atau Kosuke, ya? Jujur, Tetsurou masih tidak bisa membedakan mereka.
“Itu Yuki.” Kei menerangkan sambil menunjuk masing-masing buku di depan kedua anak itu, Tetsurou bisa melihatnya jelas. “Aku juga baru ngeh, sih. Dia yang suka tracing, kalau Kosuke yang suka coloring. Aku jadi bisa bedain gara-gara beda minatnya. Haha.”
Kan. Saking lamanya melamun, Tetsurou jadi melewatkan kesempatan memandangi momen langka nan manis di mana Kei bermain bersama anak kecil yang tepat di depan mata.
Sejak tadi Kei menemani anak-anak berkarya di buku gambar yang mereka pesan minggu lalu (dan langsung habis karena dipakai semua oleh 4 anak).
“Oh, Inggris itu yang kaya London Bridge has falling down, ya?” Shoyo menyanyikan sepotong lirik lagu favoritnya.
“Iya! Kaya Cocomelon sama Pinkfong juga! Kita ga cuma nyanyi, tapi ngomongnya juga Inggris!”
“Mau, dong! Kalo gitu Shoyo mau pindah ke Nekoma juga!”
“Tapi kalo di Nekoma disuruh berhitung pakai Bahasa Inggris juga, lho,” goda Kei. “Shoyo udah bisa, belum?”
“Eh???” Shoyo masang muka horor selama beberapa detik, lalu mengganti ekspresi percaya diri. “Bisa, kok! Mama ajarin terus tiap hari!”
Kei nunjuk krayon milik Shoyo yang berserakan di atas area mejanya sambil berujar, “Coba Shoyo masukin krayonnya kembali ke case sambil dihitung. Yuki juga, ayo hitung sama-sama!”
“Oke!”
Meskipun agak lambat berpikir, tapi Shoyo menyuarakan hitungannya paling keras, sementara Yuki yang paling cepat menyelesaikan dengan bersuara normal.
Tetsurou tersenyum penuh kemenangan karena itu memang cara Kei untuk membuat anak-anak belajar dadakan sekaligus membereskan barang sendiri. Kan biar mereka tidak repot juga, hehe.
Lalu Tetsurou tersadar bahwa di sebelah Kenma yang masih asik menonton, ada Kosuke yang masih sibuk membuat karya. Si tertua dari twins (kalau tidak salah), seperti yang Kei katakan, memang suka mewarnai. Tidak hanya pakai krayon, dia juga menghias gambar taman bunganya dengan stiker.
Namun agaknya Kosuke sedikit kesulitan karena stikernya susah dibuka.
“Mau Uncle bantu?” tawar Tetsurou lembut.
Kosuke senyum dan geleng cepet. “No, it's okay. I'm a big boy!”
Tetsurou terharu. Kok bisa anak-anak selucu ini ternyata punya bapak setan?
“Okay. Take it easy, big boy!”